Urgensi Kesadaran Pajak di Kalangan Mahasiswa: Investasi Karakter Wajib Pajak Masa Depan

FEB Unikama – Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Dalam konteks Indonesia, lebih dari 80% pendapatan negara bersumber dari pajak, sehingga tingkat kepatuhan dan kesadaran masyarakat terhadap kewajiban perpajakan menjadi hal yang sangat krusial. Namun sayangnya, budaya kepatuhan pajak di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat terlihat dari data rasio perpajakan (tax ratio) Indonesia yang masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya.

Mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda memiliki peranan strategis dalam membentuk masa depan bangsa, termasuk dalam hal perpajakan. Meskipun sebagian besar mahasiswa belum memiliki kewajiban pajak karena belum berpenghasilan, edukasi dan penanaman nilai  kesadaran pajak sejak dini dapat menjadi pondasi kuat bagi terciptanya wajib pajak yang patuh dan bertanggung jawab di masa mendatang.

Kesadaran Pajak dan Pentingnya Edukasi Sejak Dini Kesadaran pajak merujuk pada pemahaman, sikap, dan perilaku individu yang menyadari pentingnya membayar pajak secara sukarela dan bertanggung jawab. Dalam hal ini, kesadaran tidak hanya terkait pemenuhan kewajiban formal, tetapi juga mencakup aspek moral dan kontribusi terhadap kepentingan bersama.

Pendidikan perpajakan di tingkat perguruan tinggi menjadi instrumen penting dalam menumbuhkan kesadaran tersebut. Mahasiswa yang memperoleh pengetahuan tentang fungsi pajak, jenis-jenis pajak, serta proses administrasi perpajakan akan lebih siap menjadi wajib pajak yang taat hukum. Oleh karena itu, materi perpajakan seharusnya tidak hanya diberikan kepada mahasiswa jurusan ekonomi atau akuntansi, tetapi juga disisipkan dalam kurikulum lintas disiplin.

Program inklusi kesadaran pajak yang diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) merupakan langkah strategis dalam menjangkau generasi muda. Program ini mencakup pelatihan dosen, penyusunan modul pembelajaran, serta penyelenggaraan kegiatan edukatif seperti pajak bertutur dan relawan pajak. Tujuannya adalah menanamkan pemahaman bahwa pajak bukan beban, melainkan sarana gotong royong untuk membangun negeri.

Persepsi Mahasiswa terhadap Pajak Sayangnya, masih banyak mahasiswa yang memiliki persepsi keliru tentang pajak. Beberapa di antaranya menganggap pajak sebagai bentuk pemaksaan dari negara, atau merasa tidak perlu mempelajarinya karena belum bekerja. Hal ini mencerminkan rendahnya literasi pajak dan minimnya keteladanan dari lingkungan sekitar. Selain itu, kasus-kasus penyalahgunaan pajak oleh oknum pejabat publik turut menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat, termasuk mahasiswa, terhadap sistem perpajakan. Akibatnya, muncul sikap apatis dan enggan terlibat dalam isu-isu perpajakan. Padahal, justru mahasiswa harus menjadi agen perubahan yang mampu mendorong terciptanya sistem perpajakan yang transparan dan akuntabel.

Mahasiswa sebagai Agen Perubahan Budaya Pajak Sebagai kelompok intelektual yang sedang dalam tahap pembentukan karakter, mahasiswa dapat berperan aktif dalam membentuk budaya pajak yang positif.

Peran ini dapat diwujudkan melalui beberapa cara berikut:

  1. Meningkatkan literasi pajak pribadi, Mahasiswa harus terlebih dahulu memahami hak dan kewajiban perpajakan, termasuk bagaimana cara mendaftarkan NPWP, melaporkan SPT, dan memahami tarif pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
  2. Menyuarakan pentingnya pajak kepada lingkungan sekitar, Mahasiswa dapat menjadi penyambung informasi kepada keluarga, teman, dan masyarakat melalui media sosial, seminar, atau diskusi publik.
  3. Terlibat dalam komunitas atau kegiatan edukasi pajak, Program relawan pajak, kerja sama kampus dengan kantor pajak, serta lomba karya tulis ilmiah perpajakan menjadi sarana ideal untuk mengasah kepedulian dan keterlibatan mahasiswa dalam isu perpajakan.
  4. Menjadi pelopor wajib pajak yang patuh, Saat telah memiliki penghasilan, mahasiswa lulusan diharapkan menjadi contoh dalam hal kepatuhan pajak yang dimulai dari hal sederhana seperti membayar pajak penghasilan freelance, UMKM, atau usaha mandiri.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meningkatkan kesadaran pajak di kalangan mahasiswa bukan tanpa tantangan. Beberapa kendala yang sering muncul antara lain keterbatasan materi perpajakan di luar jurusan akuntansi, rendahnya minat terhadap isu fiskal, serta belum maksimalnya sinergi antara dunia pendidikan dan otoritas pajak.

Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya pendekatan yang kontekstual dan kreatif. Misalnya, penyajian materi perpajakan dalam bentuk video interaktif, game edukasi, atau kolaborasi dengan influencer muda yang memahami dunia perpajakan. Harapan ke depan, kesadaran pajak tidak hanya menjadi kewajiban administratif, tetapi menjadi bagian dari identitas kewarganegaraan mahasiswa.

Kesadaran pajak di kalangan mahasiswa merupakan investasi jangka panjang dalam menciptakan wajib pajak yang patuh dan berintegritas. Mahasiswa harus diposisikan bukan hanya sebagai objek edukasi, tetapi juga subjek aktif yang dapat mendorong perubahan paradigma perpajakan di masyarakat. Peran serta kampus, pemerintah, dan mahasiswa itu sendiri menjadi kunci utama dalam menumbuhkan budaya pajak yang sehat dan berkelanjutan.

Mahasiswa FEB Unikama Prodi Akuntansi Raih Prestasi di POMPROV KE III JATIM

FEB UNIKAMA 2025– Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) kembali mengukir prestasi membanggakan di ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Provinsi (POMPROV) ke III Jawa Timur. Dua mahasiswa dari Program Studi Akuntansi, Siska Firnanda Lekipury dan Emanuel Indra S., berhasil meraih juara III dalam cabang olahraga Taekwondo.

Siska Firnanda Lekipury berhasil meraih juara III pada kategori Kyorugi Female – U49. Keberhasilannya ini tidak lepas dari latihan keras dan dedikasi yang tinggi dalam mempersiapkan diri menghadapi kompetisi. Siska mengungkapkan rasa syukurnya atas pencapaian ini dan berharap dapat terus berprestasi di masa depan.

Di sisi lain, Emanuel Indra S. juga menunjukkan performa yang mengesankan dengan meraih juara III pada kategori Kyorugi Male – U74. Emanuel menyatakan bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerja keras dan dukungan dari teman-teman serta dosen di kampus.

Kedua mahasiswa ini tidak hanya membanggakan diri mereka sendiri, tetapi juga membawa nama baik Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas PGRI Kanjuruhan Malang di kancah olahraga mahasiswa. Prestasi ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa lainnya untuk berprestasi baik di bidang akademik maupun non-akademik.

Dejab FEB Unikama, dalam pesannya, mengapresiasi pencapaian Siska dan Emanuel serta mendorong seluruh mahasiswa untuk terus berpartisipasi dalam berbagai kegiatan olahraga. “Kami bangga memiliki mahasiswa yang tidak hanya unggul di bidang akademik, tetapi juga di bidang olahraga. Semoga prestasi ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya,” ujarnya.

Dengan pencapaian ini, FEB Unikama semakin menunjukkan komitmennya dalam mencetak mahasiswa yang berprestasi di berbagai bidang. Selamat kepada Siska dan Emanuel atas prestasi yang diraih!

Perdagangan Indonesia

Beberapa tahun yang lalu, kita sering mendengar slogan “America First” yang menjadi ciri khas masa kepresidenan Donald Trump. Slogan ini ternyata tidak hanya menjadi pemanis dalam kampanye politik, tetapi benar-benar dijadikan dasar kebijakan ekonomi Trump selama masa kepemimpinannya. Fokusnya sangat jelas, yaitu mendahulukan kepentingan Amerika Serikat di atas segala hal, termasuk dalam urusan perdagangan internasional.

Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi industri domestik Amerika, tetapi dampaknya tidak hanya dirasakan oleh negara-negara yang menjadi target kebijakan, melainkan juga oleh negara-negara mitra perdagangan, termasuk Indonesia.

Sekilas, kebijakan America First terdengar egois dan tidak masuk akal. Namun, dampaknya ternyata tidak sesederhana itu, dan bahkan mempengaruhi ekonomi negara-negara lain secara signifikan. Lantas, bagaimana kebijakan ini mempengaruhi Indonesia? Apakah kita terkena imbas positif atau justru terjebak dalam kerugian ekonomi? Artikel ini akan mengulas lebih lanjut tentang bagaimana kebijakan tersebut memengaruhi Indonesia, serta langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia untuk menghadapi dampak dari
kebijakan ini.

Apa Itu “America First”? “America First” adalah slogan yang digunakan oleh Donald Trump untuk menggambarkan kebijakan ekonominya selama ia menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Secara sederhana, kebijakan ini berfokus pada usaha untuk mengurangi defisit perdagangan Amerika dan meningkatkan kemandirian industri dalam negeri dengan cara membatasi impor barang dari negara lain, termasuk Indonesia.

Trump percaya bahwa selama ini Amerika Serikat terlalu “baik” dalam membuka pintu untuk produk-produk dari luar negeri, sehingga produk dalam negeri Amerika kalah saing di pasar internasional. Sebagai upaya untuk melindungi industri lokal, Trump kemudian mulai mengenakan tarif tinggi pada berbagai produk impor dari luar negeri. Tujuan dari kebijakan ini adalah agar produk asing menjadi lebih mahal dan masyarakat Amerika lebih memilih produk buatan dalam negeri.

Implikasi Kebijakan “America First” terhadap Indonesia
Tentu saja, kebijakan ini membawa dampak bagi negara-negara mitra dagang Amerika, termasuk Indonesia. Meskipun Indonesia bukanlah target utama dari kebijakan tarif impor ini—karena Trump lebih fokus pada Tiongkok—namun produk-produk unggulan Indonesia seperti tekstil, sepatu, dan karet yang sebelumnya laris di pasar Amerika Serikat kini mulai kehilangan daya saing karena tarif impor yang lebih tinggi.

Perusahaan-perusahaan Indonesia yang sebelumnya rutin mengekspor barang ke Amerika Serikat harus menghadapi biaya tambahan karena kebijakan tarif tersebut. Akibatnya, harga barang Indonesia menjadi lebih mahal di pasar Amerika, dan konsumen di sana mulai mempertimbangkan untuk membeli produk yang lebih murah.

Penurunan daya saing ini mempengaruhi volume ekspor Indonesia ke Amerika, yang pada gilirannya berdampak pada penurunan pendapatan negara. Selain itu, kebijakan ini juga memperburuk persaingan di pasar Indonesia. Produk-produk murah asal Tiongkok yang sebelumnya diekspor ke Amerika kini “nyasar” ke pasar Indonesia akibat dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Produk-produk murah ini membanjiri pasar domestik dan meningkatkan persaingan, terutama di sektor industri kecil dan menengah. Hal ini tentunya menjadi tantangan besar bagi industri lokal Indonesia.

Tanggapan Indonesia terhadap Kebijakan “America First”
Menariknya, meskipun kebijakan ini berdampak negatif, Indonesia memilih untuk tidak merespons dengan cara yang sama, seperti menerapkan tarif impor pada produk-produk Amerika. Sebagai gantinya, pemerintah Indonesia mengambil langkah diplomatik untuk menyelesaikan ketegangan ini. Indonesia menawarkan solusi yang menguntungkan kedua pihak (win-win solution) dengan membuka peluang untuk mengimpor barang dari Amerika Serikat, seperti kedelai, jagung, dan pesawat terbang. Tujuan dari langkah ini adalah untuk menjaga keseimbangan perdagangan dan menghindari ketegangan lebih lanjut dengan Amerika Serikat.

Langkah diplomatik ini terbukti cukup efektif dalam meredakan ketegangan perdagangan dan menunjukkan bahwa Indonesia tetap terbuka untuk berkerja sama dengan Amerika Serikat. Sebagai negara berkembang, Indonesia memahami bahwa keberlanjutan hubungan perdagangan yang baik sangat penting untuk stabilitas ekonomi jangka panjang.

Potensi Kebangkitan Ekonomi Indonesia
Meskipun dampak dari kebijakan America First cukup besar, hal ini tidak berarti bahwa Indonesia harus menyerah atau meratapi kondisi ekonomi yang ada. Justru, kondisi ini membuka mata banyak pihak bahwa Indonesia tidak bisa terus bergantung pada satu pasar ekspor, seperti Amerika Serikat. Indonesia perlu mendiversifikasi pasar ekspor, memperbaiki kualitas produk, dan memperkuat industri dalam negeri agar lebih tahan banting di tengah persaingan global. Pemerintah dan pelaku usaha perlu bekerja sama untuk memperkuat sektor industri dalam negeri dengan menggunakan teknologi dan inovasi.

Dengan demikian, produk Indonesia dapat bersaing tidak hanya dari segi harga, tetapi juga dari segi kualitas dan nilai tambah. Selain itu, Indonesia juga perlu mengembangkan pasar- pasar baru, seperti ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika, yang masih memiliki potensi besar untuk produk Indonesia.

Penutup: Mengambil Pelajaran dari Kebijakan “America First”
Kebijakan “America First” dari Donald Trump memang memberikan tantangan besar bagi Indonesia, namun hal ini juga memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana ekonomi global saling terkait. Ekonomi dunia ibarat permainan domino—satu negara bergerak, negara lain dapat ikut terpengaruh. Namun, dengan strategi yang tepat dan kebijakan yang bijak, Indonesia dapat menghadapinya dan bahkan memanfaatkan peluang baru
yang ada.

Sebagai mahasiswa atau pelaku ekonomi masa depan, penting bagi kita untuk tidak hanya menghafal teori-teori ekonomi, tetapi juga memahami dinamika global yang memengaruhi negara kita. Dengan cara ini, kita dapat turut berperan dalam merancang kebijakan yang dapat membawa Indonesia menuju pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik.

📣 Hallo Mahasiswa FEB UNIKAMA!
Kamu siap jadi bagian dari wirausaha muda yang sadar digital dan pajak? Yuk, ikut Seminar Series 1 FEB UNIKAMA dengan tema:
“Membangun Wirausaha Muda yang Sadar Digital dan Pajak: Pemanfaatan Aplikasi Coretax dalam Tata Kelola Bisnis Modern”

🗓 Tanggal: 5 Mei 2025
🕗 Waktu: 08.00 WIB – selesai
📍 Tempat: Auditorium UNIKAMA, Jl. S. Supriadi No. 48 Sukun

🎤 Pembicara Inspiratif:

  1. Ubaidillah., SE., M.Sc., AK., SA., CA., CPA. – Dosen Universitas Brawijaya
  2. Adelia Asmarani Sangga A. – Entrepreneur Muda
  3. Dr. Sulistyo, M.Ak. – Direktur LSP UNIKAMA

💥 Fasilitas:
✅ E-Sertifikat (untuk syarat pendaftaran ujian skripsi)
✅ Konsumsi
✅ Materi Seminar

💸 HTM: Rp 25.000
👔 Dresscode: Bebas Rapi Beralmamater
📞 CP: 0821 4301 1044

📌 WAJIB untuk seluruh mahasiswa FEB UNIKAMA!
📚 Kegiatan ini juga merupakan bagian dari Dies Natalis UNIKAMA ke-68 🎉

Jangan lewatkan kesempatan berharga ini! Ayo daftar dan siapkan dirimu jadi wirausaha muda yang siap bersaing di era digital! 🚀

HMPS Akuntansi FEB UNIKAMA

HMPS Prodi Akuntansi FEB UNIKAMA – Dalam semangat berbagi di bulan suci Ramadan, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Akuntansi FEB UNIKAMA menggelar kegiatan berbagi takjil yang bertajuk “Jadikan Harmoni Ramadhan Untuk Merangkul Keanekaragaman Dalam Satu Tujuan”. 

HMPS Akuntansi Universitas PGRI Kanjuruhan Malang sukses menyelenggarakan kegiatan sosial “Bagi-Bagi Takjil” sebagai bentuk kepedulian dan berbagi kebahagiaan di bulan suci Ramadan. 

Tujuan utama kegiatan berbagai takjil yang pertama sebagai sarana untuk memperbanyak amal kebaikan dan mendapatkan pahala yang besar di bulan yang penuh berkah ini, kedua bisa meringankan beban-beban orang yang berpuasa karena menjadi sumber kebahagiaan dan kenyamanan di saat berbuka puasa, ketiga kegiatan ini bertujuan untuk membantu masyarakat yang sedang berpuasa agar dapat menikmati hidangan berbuka dengan lebih mudah.

HMPS Akuntansi FEB UNIKAMA

Acara tersebut di hadiri oleh salah satu Dosen Prodi Akuntansi yakni  Bapak Doni Wirshandono Y, SE, Ak, M.Ak, CA, yang menyampaikan “Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi dan mempererat kebersamaan antara mahasiswa HMPS Akuntansi serta sebagai wujud nyata dari nilai-nilai sosial dan kepedulian terhadap sesama, dengan antusias yang baik, mahasiswa HMPS Akuntansi membagikan paket takjil kepada para pejalan kaki, pengendara, dan masyarakat sekitar.” Ungkapnya

Ketua Umum HMPS Akuntansi yakni Marcelina Aurelia Chynthia Undi mengungkapkan “Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan mahasiswa dapat lebih meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama serta menginspirasi orang lain untuk turut berbagi. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat memperkuat solidaritas di antara mahasiswa Akuntansi Universitas PGRI Kanjuruhan Malang.” Ungkapnya

Setiap bungkusan takjil bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga harapan dan kebahagiaan yang mengalir dari hati ke hati. Mari kita tetap terapkan sebuah tindakan kecil dapat menciptakan dampak yang besar, mengingatkan akan pentingnya berbagi di bulan suci ini.

Memahami Perbedaan Saham dan Obligasi: Investasi yang Tepat untuk Anda

FEB UNIKAMA – Dalam dunia investasi, saham dan obligasi adalah dua instrumen keuangan yang paling umum digunakan, namun keduanya memiliki karakteristik dan risiko yang berbeda. 

Saham mewakili kepemilikan di sebuah perusahaan, memberikan potensi keuntungan melalui dividen dan apresiasi nilai, tetapi juga membawa risiko kerugian yang lebih tinggi. Di sisi lain, obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan, menawarkan pendapatan tetap dengan risiko yang lebih rendah. 

Memahami perbedaan mendasar antara keduanya sangat penting bagi investor untuk menentukan strategi investasi yang sesuai dengan tujuan keuangan dan toleransi risiko mereka. Mari kita eksplorasi lebih dalam mengenai kedua instrumen ini dan temukan pilihan investasi yang tepat untuk Anda.

Berikut adalah perbedaan utama antara saham dan obligasi:

1. Definisi

Saham: Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seseorang atau entitas dalam suatu perusahaan. Pemegang saham berhak atas bagian dari keuntungan perusahaan, biasanya dalam bentuk dividen, serta hak suara dalam rapat pemegang saham.

Obligasi: Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mengumpulkan dana. Pemegang obligasi adalah kreditor yang berhak menerima pembayaran bunga secara berkala dan pengembalian pokok pada saat jatuh tempo.

2. Kepemilikan

Saham: Memiliki saham berarti Anda memiliki sebagian dari perusahaan. Ini memberikan hak suara dan partisipasi dalam keputusan perusahaan.

Obligasi: Memiliki obligasi berarti Anda meminjamkan uang kepada penerbit obligasi. Anda tidak memiliki bagian dari perusahaan, dan tidak memiliki hak suara.

3. Pendapatan

Saham: Pendapatan dari saham berasal dari dividen dan apresiasi nilai saham. Namun, dividen tidak dijamin dan bisa bervariasi.

Obligasi: Pendapatan dari obligasi berasal dari pembayaran bunga yang tetap (kupon) dan pengembalian pokok pada saat jatuh tempo. Pembayaran bunga biasanya lebih stabil dan dapat diprediksi.

4. Risiko

Saham: Saham memiliki risiko yang lebih tinggi karena nilai saham dapat berfluktuasi secara signifikan tergantung pada kinerja perusahaan dan kondisi pasar. Potensi keuntungan juga lebih tinggi.

Obligasi: Obligasi dianggap lebih aman dibandingkan saham, tetapi masih memiliki risiko, seperti risiko gagal bayar (default) dan risiko suku bunga. Imbal hasilnya biasanya lebih rendah dibandingkan saham.

5. Jangka Waktu

Saham: Saham tidak memiliki jangka waktu tertentu. Investor dapat memegang saham selama yang mereka inginkan.

Obligasi: Obligasi memiliki jangka waktu tertentu, biasanya dari beberapa tahun hingga beberapa dekade. Setelah jatuh tempo, obligasi akan dilunasi.

6. Pengaruh Ekonomi

Saham: Nilai saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan kondisi pasar secara keseluruhan.

Obligasi: Nilai obligasi dipengaruhi oleh suku bunga, inflasi, dan kondisi ekonomi. Ketika suku bunga naik, nilai obligasi yang ada cenderung turun.

7. Tujuan Investasi

Saham: Cocok untuk investor yang mencari pertumbuhan jangka panjang dan bersedia mengambil risiko lebih tinggi.

Obligasi: Cocok untuk investor yang mencari pendapatan tetap dan stabilitas, serta bersedia menerima imbal hasil yang lebih rendah.

Dengan memahami perbedaan ini, investor dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam memilih instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan dan toleransi risiko mereka.

Salah satu Dosen FEB yakni Ati Retna Sari, SE, Ak, MSA, CA saat melakukan Pengajaran menyampaikan “sebelum memilih untuk berinvetasi di Saham atau Obligasi, ada beberapa saran agar investor harus mempertimbangkan dulu antara tujuan keuangan, jangka waktu investasi, dan toleransi risiko sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam saham atau obligasi. Diversifikasi portofolio dengan menggabungkan kedua instrumen ini dapat membantu mengurangi risiko dan meningkatkan potensi imbal hasil.” Ungkapnya

Dengan semakin banyaknya informasi dan sumber daya yang tersedia, investor di Indonesia diharapkan dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dan terinformasi. Memahami perbedaan antara saham dan obligasi adalah langkah awal yang penting dalam perjalanan investasi yang sukses.

Untuk informasi lebih lanjut tentang investasi dan strategi keuangan, Anda dapat mengunjungi situs web lembaga keuangan terkemuka atau berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional.

Pasar Modal untuk Mahasiswa: Mengatasi Rintangan dan Mencapai Kesuksesan

FEB UNIKAMA – Di tengah dinamika ekonomi yang terus berubah, pasar modal menjadi salah satu alternatif investasi yang menarik bagi berbagai kalangan, termasuk mahasiswa. Dengan semakin banyaknya platform investasi yang mudah diakses, generasi muda kini memiliki peluang untuk terlibat langsung dalam dunia keuangan. 

Namun, di balik potensi keuntungan yang menggiurkan, terdapat berbagai tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa saat menjelajahi pasar modal. Dalam studi kasus ini, kita akan membahas mengenai apa saja rintangan yang akan di hadapi Mahasiswa ketika berinvetasi di Pasar Modal. 

Berikut adalah 8 rintangan yang sering dihadapi mahasiswa saat berinvestasi saham di pasar modal:

  1. Kurangnya Pengetahuan dan Pendidikan: Banyak mahasiswa yang tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang pasar modal, instrumen investasi, dan analisis saham. Kurangnya pendidikan formal atau informal tentang investasi dapat menghambat mereka untuk memulai.
  2. Keterbatasan Modal: Mahasiswa sering kali memiliki keterbatasan finansial, sehingga sulit untuk mengalokasikan dana untuk investasi. Mereka mungkin lebih fokus pada kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah.
  3. Rendahnya Literasi Keuangan: Banyak mahasiswa yang tidak terampil dalam mengelola keuangan pribadi, yang dapat menghalangi mereka untuk membuat keputusan investasi yang bijak.
  4. Ketakutan akan Risiko: Ketidakpastian dan volatilitas pasar saham dapat menimbulkan ketakutan akan kerugian. Mahasiswa mungkin ragu untuk berinvestasi karena takut kehilangan uang.
  5. Kurangnya Pengalaman: Tanpa pengalaman sebelumnya dalam berinvestasi, mahasiswa mungkin merasa tidak percaya diri untuk mengambil langkah pertama. Mereka mungkin merasa bingung tentang bagaimana memulai dan strategi apa yang harus diambil.
  6. Pengaruh Lingkungan Sosial: Lingkungan sekitar, termasuk teman dan keluarga, dapat mempengaruhi pandangan mahasiswa tentang investasi. Jika mereka tidak memiliki dukungan atau contoh positif, mereka mungkin enggan untuk berinvestasi.
  7. Waktu dan Komitmen: Mahasiswa sering kali memiliki jadwal yang padat dengan kuliah, tugas, dan kegiatan lainnya. Keterbatasan waktu ini dapat membuat mereka sulit untuk melakukan riset dan analisis yang diperlukan untuk berinvestasi dengan baik.
  8. Akses Terbatas ke Sumber Daya: Tidak semua mahasiswa memiliki akses ke platform investasi yang baik atau sumber daya yang diperlukan untuk belajar tentang pasar modal. Keterbatasan ini dapat menghambat mereka untuk memulai investasi.

Mengatasi rintangan-rintangan ini memerlukan beberapa upaya, yakni : 

  1. Meningkatkan Pengetahuan dan Pendidikan
  • Mengikuti Kursus atau Webinar: Banyak platform online menawarkan kursus tentang investasi dan pasar modal. Mahasiswa dapat memanfaatkan sumber daya ini untuk belajar.
  • Membaca Buku dan Artikel: Menginvestasikan waktu untuk membaca buku, artikel, dan blog tentang investasi dapat membantu meningkatkan pemahaman mereka.
  1. Memulai dengan Modal Kecil:
  • Investasi Secara Bertahap: Mahasiswa dapat memulai dengan jumlah kecil yang terjangkau dan secara bertahap meningkatkan investasi seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan kepercayaan diri.
  • Menggunakan Aplikasi Investasi: Banyak aplikasi investasi memungkinkan pengguna untuk berinvestasi dengan jumlah kecil, sehingga mahasiswa dapat mulai berinvestasi tanpa harus mengeluarkan banyak uang.
  1. Meningkatkan Literasi Keuangan:
  • Mengelola Keuangan Pribadi: Mahasiswa perlu belajar cara mengelola anggaran dan keuangan pribadi agar dapat menyisihkan dana untuk investasi.
  • Mengikuti Seminar atau Workshop: Menghadiri seminar tentang literasi keuangan dapat memberikan wawasan yang berguna.
  1. Mengatasi Ketakutan akan Risiko:
  • Diversifikasi Portofolio: Dengan mendiversifikasi investasi, mahasiswa dapat mengurangi risiko. Mereka dapat berinvestasi di berbagai sektor atau instrumen keuangan.
  • Belajar dari Kesalahan: Memahami bahwa kerugian adalah bagian dari proses belajar dapat membantu mengurangi ketakutan.
  1. Mendapatkan Pengalaman Praktis:
  • Simulasi Investasi: Menggunakan platform simulasi atau akun demo untuk berlatih berinvestasi tanpa risiko nyata dapat membantu mahasiswa merasa lebih percaya diri.
  • Bergabung dengan Komunitas Investasi: Bergabung dengan klub atau komunitas investasi di kampus dapat memberikan dukungan dan berbagi pengalaman dengan sesama mahasiswa.
  1. Mencari Dukungan dari Lingkungan Sosial:
  • Diskusi dengan Teman atau Mentor: Mencari teman atau mentor yang berpengalaman dalam investasi dapat memberikan perspektif dan dukungan yang berharga.
  • Berbagi Pengalaman: Diskusi tentang pengalaman investasi dengan teman dapat membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan motivasi.
  1. Mengatur Waktu dengan Baik:
  • Membuat Jadwal: Mengatur waktu untuk belajar dan melakukan riset tentang investasi dapat membantu mahasiswa tetap fokus meskipun memiliki jadwal yang padat.
  • Menggunakan Teknologi: Memanfaatkan aplikasi dan alat yang dapat membantu memantau investasi dan pasar dapat menghemat waktu.
  1. Mengakses Sumber Daya yang Tersedia:
  • Memanfaatkan Sumber Daya Online: Banyak situs web dan platform yang menyediakan informasi dan analisis pasar secara gratis. Mahasiswa dapat memanfaatkan sumber daya ini untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
  • Berkolaborasi dengan Universitas: Beberapa universitas menawarkan program atau sumber daya terkait investasi. Mahasiswa dapat mencari tahu apakah ada program yang dapat diikuti.

Rintangan dan strategi tersebut telah di ajarkan pada salah satu mata kuliah di FEB. Salah satu Dosen FEB yakni Ati Retna Sari, SE, Ak, MSA, CA, menyoroti bahwa ”Dengan mengadopsi strategi-strategi ini, mahasiswa dapat lebih siap untuk menghadapi rintangan yang ada dan memulai perjalanan investasi mereka dengan lebih percaya diri dan sukses dalam berinvetasi di Pasar Modal.” Ungkapnya

Ilustrasi “Strategi Akuntansi Efektif: Kunci Sukses Perusahaan Dagang di Era Persaingan Bisnis Global”

Dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan dagang dituntut untuk memiliki sistem akuntansi yang efektif dan transparan. Akuntansi yang baik tidak hanya membantu dalam pengelolaan keuangan, tetapi juga menjadi kunci dalam pengambilan keputusan strategis. 

Melalui penerapan prinsip akuntansi yang tepat, perusahaan dagang dapat memantau arus kas, mengelola inventaris, dan meningkatkan profitabilitas. 

Di tengah tantangan ekonomi global, pentingnya akuntansi yang akurat dan relevan semakin terasa, mendorong pelaku usaha untuk berinvestasi dalam teknologi dan sumber daya manusia yang kompeten di bidang ini.

Dosen FEB UNIKAMA, Supami Wahyu Setyowati, menyampaikan dengan adanya pembelajaran akuntansi perusahaan dagang mahasiswa FEB diharapkan dapat membedakan aktivitas perusahaan jasa dengan perusahaan dagang, menguraikan dan memberi ilustrasi laporan keuangan untuk perusahaan dagang, serta memberi ilustrasi karakteristik berpasangan transaksi perdagangan.

“Pembelajaran akuntansi perusahaan dagang tidak hanya memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan di dunia kerja,” ujar Supami Wahyu S. 

Melalui pembelajaran ini, diharapkan para mahasiswa dapat memahami pentingnya akuntansi dalam pengambilan keputusan bisnis. Dengan laporan keuangan yang akurat, manajemen dapat membuat keputusan yang lebih baik terkait investasi, pengeluaran, dan strategi bisnis. Selain itu, pemahaman yang baik tentang akuntansi juga membantu perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan kepatuhan hukum.

Pembelajaran akuntansi perusahaan dagang menjadi langkah penting bagi siapa saja yang ingin sukses dalam dunia bisnis. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat, individu dapat mengelola keuangan perusahaan dengan lebih baik, yang pada akhirnya akan mendukung keberlanjutan dan pertumbuhan usaha.

Scroll to Top